Kakapo: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
| Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Kakapo''' (''Strigops habroptilus'') , juga dikenal sebagai '''burung beo nokturnal Selandia Baru''', adalah spesies [[burung beo]] yang tidak dapat terbang dan merupakan satu-satunya anggota genus ''Strigops'' serta famili [[Strigopidae]]. Kakapo merupakan burung beo terberat di dunia, dengan berat mencapai 4 kilogram, dan termasuk hewan paling langka di Bumi. Spesies ini hanya ditemukan di [[Selandia Baru]] dan saat ini populasinya diperkirakan sekitar 250 individu hasil konservasi intensif. | '''Kakapo''' (''Strigops habroptilus'') , juga dikenal sebagai '''burung beo nokturnal Selandia Baru''' , adalah spesies [[burung beo]] yang tidak dapat terbang dan merupakan satu-satunya anggota genus ''Strigops'' serta famili [[Strigopidae]]. Kakapo merupakan burung beo terberat di dunia, dengan berat mencapai 4 kilogram, dan termasuk hewan paling langka di Bumi. Spesies ini hanya ditemukan di [[Selandia Baru]] dan saat ini populasinya diperkirakan sekitar 250 individu hasil konservasi intensif. | ||
== Taksonomi == | == Taksonomi == | ||
Revisi terkini sejak 18 Oktober 2025 08.59
Kakapo (Strigops habroptilus) , juga dikenal sebagai burung beo nokturnal Selandia Baru , adalah spesies burung beo yang tidak dapat terbang dan merupakan satu-satunya anggota genus Strigops serta famili Strigopidae. Kakapo merupakan burung beo terberat di dunia, dengan berat mencapai 4 kilogram, dan termasuk hewan paling langka di Bumi. Spesies ini hanya ditemukan di Selandia Baru dan saat ini populasinya diperkirakan sekitar 250 individu hasil konservasi intensif.
Taksonomi
sunting sunting sumberKakapo pertama kali dideskripsikan oleh George Robert Gray pada tahun 1845. Burung ini merupakan satu-satunya anggota dari genus Strigops dan memiliki hubungan kekerabatan jauh dengan burung beo Selandia Baru lainnya seperti kea dan kākā. Kakapo sering disebut sebagai “fosil hidup” karena merupakan salah satu spesies burung tertua yang masih bertahan hingga kini dari garis keturunan awal burung beo di bumi.
Ciri Fisik
sunting sunting sumberKakapo memiliki bulu berwarna hijau zaitun dengan corak hitam dan kuning di bagian dada, serta paruh berwarna abu-abu pucat. Matanya besar dan bulat, menyesuaikan diri dengan kehidupan malam. Salah satu ciri khasnya adalah aroma tubuh yang unik dan harum seperti madu, yang berasal dari minyak alami pada bulunya. Kakapo tidak bisa terbang karena otot sayapnya kecil dan tulang dadanya datar, tetapi mereka pandai memanjat pohon dan meluncur dari cabang ke tanah.
Burung jantan dapat memiliki berat hingga 4 kilogram, menjadikannya burung beo terberat di dunia. Suara khas pejantan berupa dengungan rendah (booming) digunakan untuk menarik perhatian betina selama musim kawin.
Habitat
sunting sunting sumberSebelum kedatangan manusia, kakapo tersebar luas di seluruh Kepulauan Selandia Baru. Kini, karena ancaman predator dan kehilangan habitat, semua populasi liar telah punah. Kakapo hanya hidup di pulau-pulau bebas predator seperti Pulau Whenua Hou (Codfish Island), Pulau Anchor, dan Pulau Little Barrier yang dilindungi ketat oleh Departemen Konservasi Selandia Baru (DOC).
Perilaku
sunting sunting sumberKakapo merupakan burung nokturnal dan herbivora, memakan berbagai jenis tumbuhan, biji, buah, lumut, dan daun. Mereka hidup soliter dan sangat teritorial. Burung jantan memiliki kebiasaan unik dalam sistem perkawinannya yang disebut lek breeding, di mana mereka membuat area kecil di tanah untuk memanggil betina dengan suara “booming” yang bisa terdengar hingga 5 kilometer.
Reproduksi
sunting sunting sumberKakapo memiliki tingkat reproduksi yang sangat rendah. Betina hanya bertelur setiap dua hingga empat tahun sekali, dan biasanya hanya ketika buah rimu (Dacrydium cupressinum) berlimpah. Dalam satu kali peneluran, betina menghasilkan 1–4 butir telur dan mengeraminya selama 30 hari. Anak kakapo diasuh sepenuhnya oleh induk betina tanpa bantuan pejantan.
Ancaman
sunting sunting sumberSetelah kedatangan manusia Polinesia dan Eropa, populasi kakapo menurun drastis akibat perburuan untuk diambil bulu dan dagingnya, serta karena predator yang diperkenalkan seperti kucing, tikus, dan musang. Kakapo tidak memiliki naluri mempertahankan diri dari predator darat, sehingga menjadi sasaran empuk.
Pada awal abad ke-20, spesies ini hampir punah di alam liar, dengan hanya segelintir individu tersisa di Pulau Stewart dan Fiordland.
Konservasi
sunting sunting sumberUpaya penyelamatan kakapo menjadi salah satu program konservasi paling ambisius di dunia. Pemerintah Selandia Baru membentuk Kakapo Recovery Programme pada tahun 1989, bekerja sama dengan Department of Conservation (DOC), New Zealand Conservation Trust, dan Forest & Bird Society.
Semua kakapo yang tersisa dipindahkan ke pulau-pulau bebas predator dan diberi nama serta pemantauan individu. Teknologi modern seperti pelacak GPS, kamera sarang otomatis, dan analisis genetik digunakan untuk memastikan keberhasilan reproduksi. Setiap individu memiliki nama, dan data populasi dipublikasikan secara terbuka melalui situs Kakapo Recovery.
Program ini berhasil meningkatkan populasi dari hanya 50 individu pada 1995 menjadi sekitar 250 individu pada 2024. Namun, kakapo masih dikategorikan sebagai Critically Endangered oleh Daftar Merah IUCN.
Status Konservasi
sunting sunting sumberKakapo dilindungi penuh di bawah hukum Selandia Baru dan termasuk dalam Apendiks I CITES, yang melarang perdagangan internasional spesies ini. Setiap individu kakapo memiliki catatan genetik dan rekam medis lengkap untuk memastikan keberlanjutan populasi yang sehat secara genetik.
Signifikansi Ekologis
sunting sunting sumberKakapo memiliki peran ekologis penting dalam ekosistem hutan Selandia Baru sebagai penyebar biji tumbuhan endemik seperti rimu dan totara. Kehadirannya mencerminkan kondisi ekosistem hutan yang sehat dan bebas predator invasif.
Dalam Budaya dan Kesadaran Publik
sunting sunting sumberKakapo dianggap sebagai simbol nasional konservasi Selandia Baru. Burung ini menjadi ikon dalam berbagai dokumenter seperti *The Unnatural History of the Kakapo* dan *Last Chance to See* yang dipandu Stephen Fry dan Mark Carwardine. Salah satu kakapo jantan bernama “Sirocco” bahkan diangkat sebagai “Duta Burung Konservasi Nasional” oleh pemerintah Selandia Baru karena popularitasnya di media sosial.
Lihat Pula
sunting sunting sumberReferensi
sunting sunting sumber- Department of Conservation (DOC) – Kakapo Recovery: https://www.doc.govt.nz/our-work/kakapo-recovery/
- Kakapo Recovery Official Site: https://www.kakaporecovery.org.nz/
- International Union for Conservation of Nature (IUCN): https://www.iucnredlist.org/species/22685245/210092100
- BBC Earth – “Kakapo: The world’s fattest parrot is making a comeback”: https://www.bbc.com/earth/story/20230210-kakapo-new-zealand-fat-parrot
- National Geographic – “Kakapo: the world’s rarest parrot fights for survival”: https://www.nationalgeographic.com/animals/article/kakapo-rare-parrot-new-zealand
- The Guardian – “World’s fattest parrot bounces back from the brink”: https://www.theguardian.com/environment/2023/jan/20/kakapo-rare-parrot-population-increase
- Science Advances – “Genomic diversity in the critically endangered kakapo”: https://www.science.org/doi/10.1126/sciadv.abj4532